
BPOM Indonesia kini menghadapi sorotan tajam. Otoritas pangan Taiwan baru-baru ini menarik peredaran basreng (bakso goreng) asal Indonesia dari pasarnya. Tindakan ini mereka ambil secara resmi karena produk tersebut mengandung asam benzoat melebihi batas yang diperbolehkan. Kejadian ini tentu saja memicu gelombang kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku industri. Selain itu, insiden ini juga menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan produk ekspor kita.
Lalu, apa sebenarnya asam benzoat ini? Pada dasarnya, asam benzoat berfungsi sebagai pengawet makanan yang sangat efektif. Bahan kimia ini secara alami memang terdapat dalam beberapa jenis buah-buahan. Namun, industri pangan lebih sering menggunakan versi sintetisnya untuk memperpanjang masa simpan produk. Tujuannya jelas, yaitu mencegah pertumbuhan jamur, ragi, dan bakteri yang dapat merusak makanan. Meskipun demikian, penggunaan yang berlebihan justru akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Kami langsung mencari penjelasan dari seorang internis terkemuka. Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Ahmad Fauzi, Sp.PD, akhirnya memberikan pencerahannya. “Tubuh kita sebenarnya memiliki kemampuan untuk memetabolisme asam benzoat dalam jumlah terbatas,” jelasnya dengan gamblang. “Ginjal kemudian akan mengeluarkannya melalui urine. Akan tetapi, konsumsi berlebihan dalam jangka panjang jelas menimbulkan konsekuensi.” Dokter Fauzi kemudian melanjutkan penjelasannya tentang bahaya potensialnya.
Pertama-tama, sistem pencernaan menjadi garis depan yang terkena dampaknya. Asam benzoat dalam jumlah tinggi dapat mengiritasi lapisan lambung. Akibatnya, seseorang akan merasakan mual, muntah, dan rasa tidak nyaman di perut. Bahkan, pada kasus yang lebih parah, kondisi ini berpotensi memicu gastritis atau peradangan pada dinding lambung.
Selanjutnya, kita harus mewaspadai reaksi alergi. Beberapa individu menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap senyawa ini. Tubuh mereka kemudian bereaksi dengan menimbulkan gatal-gatal, ruam kulit, hingga sesak napas. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk benar-benar mengenali kondisi tubuhnya sendiri.
Yang paling mengkhawatirkan justru adalah risikonya dalam jangka panjang. Beberapa penelitian awal menunjukkan korelasi antara konsumsi pengawet berlebihan dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, terdapat juga kekhawatiran mengenai potensi karsinogenik, walaupun buktinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Maka dari itu, pembatasan ketat oleh badan pengawas menjadi hal yang mutlak diperlukan.
Mengapa sebuah produk bisa lolos di Indonesia tetapi ditarik di Taiwan? Jawabannya terletak pada perbedaan standar keamanan pangan. BPOM Indonesia telah menetapkan batas maksimum penggunaan asam benzoat untuk kategori produk tertentu. Di sisi lain, Taiwan menerapkan regulasi yang mungkin lebih ketat untuk jenis produk yang sama. Perbedaan inilah yang kemudian menciptakan “grey area” bagi para eksportir.
Setelah temuan tersebut, otoritas Taiwan segera mengeluarkan peringatan resmi. Mereka kemudian memerintahkan penarikan semua stok basreng yang terkontaminasi dari seluruh rantai pasokan. Tindakan cepat ini jelas memberikan pukulan telak bagi reputasi produk makanan Indonesia di kancah internasional. Selanjutnya, insiden ini berpotensi memicu pemeriksaan yang lebih ketat terhadap produk ekspor kita yang lain.
Menyikapi hal ini, BPOM Indonesia langsung bergerak cepat. Mereka segera melakukan investigasi mendalam terhadap produsen basreng yang terlibat. Badan pengawas ini juga berjanji akan meningkatkan pengawasan pada produk-produk sejenis yang berpotensi untuk diekspor. Tidak hanya itu, mereka akan memperkuat sosialisasi kepada pelaku UMKM tentang standar keamanan pangan internasional.
Kejadian ini tentu menjadi pelajaran berharga. Pertama, pelaku usaha harus selalu memprioritaskan keamanan pangan di atas segalanya. Kedua, mereka wajib memahami standar regulasi tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di negara tujuan ekspor. Terakhir, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan asosiasi industri mutlak diperlukan untuk membangun sistem yang lebih robust.
Sebagai konsumen, kita juga memiliki peran yang sangat penting. Selalu biasakan untuk membaca label kemasan dengan teliti sebelum membeli suatu produk. Periksa dengan cermat daftar bahan yang digunakan, termasuk kandungan pengawetnya. Kemudian, pilihlah produk yang telah mendapatkan izin edar resmi dari BPOM. Apabila Anda menemukan produk yang mencurigakan, segera laporkan kepada pihak berwenang.
Insiden penarikan basreng ini sesungguhnya adalah sebuah ujian. Di satu sisi, hal ini membuka mata semua pihak tentang masih adanya celah dalam sistem kita. Akan tetapi, di sisi lain, ini adalah kesempatan emas untuk melakukan perbaikan menyeluruh. Dengan komitmen kuat dan kolaborasi semua pemangku kepentingan, industri pangan Indonesia pasti bisa bangkit dan memulihkan kepercayaan global.
Pada akhirnya, kasus asam benzoat dalam basreng ini mengajarkan kita satu hal mendasar. Keamanan pangan bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan tanggung jawab kolektif. Mulai dari produsen, regulator, hingga konsumen, semua harus berperan aktif. Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi kesehatan masyarakat, tetapi juga membangun masa depan ekspor pangan Indonesia yang lebih cerah dan berkelanjutan.
https://shorturl.fm/9av30