Viral Warganet Sambat Trotoar UGM buat Jualan

Viral Warganet Sambat Trotoar UGM buat Jualan

Belakangan ini, trotoar di sekitar kawasan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi sorotan warganet. Bukan karena keindahannya atau fasilitas yang memadai, melainkan karena maraknya pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan. Fenomena ini menuai pro dan kontra di media sosial, dengan banyak warganet yang “sambat” atau mengeluh tentang ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Di satu sisi, ada yang memaklumi karena ini adalah sumber penghidupan bagi para pedagang. Di sisi lain, banyak juga yang menuntut agar trotoar dikembalikan fungsinya sebagai area pejalan kaki.

Trotoar UGM

Trotoar UGM yang Ramai Pedagang

Trotoar di sekitar UGM, terutama di sepanjang Jalan Kaliurang, memang dikenal sebagai salah satu titik strategis bagi pedagang kaki lima. Kawasan ini selalu ramai oleh mahasiswa, warga sekitar, dan wisatawan yang mencari kuliner atau barang-barang kebutuhan sehari-hari. Namun, belakangan ini, keberadaan pedagang di trotoar semakin mengkhawatirkan. Trotoar yang seharusnya menjadi ruang bagi pejalan kaki justru dipenuhi gerobak dan tenda pedagang, membuat pejalan kaki terpaksa berjalan di pinggir jalan raya.

Banyak warganet yang mengunggah foto dan video kondisi trotoar UGM di media sosial. Mereka mengeluh tentang sulitnya berjalan kaki di area tersebut, terutama pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari. Beberapa bahkan menyebutkan bahwa trotoar sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. “Trotoarnya sudah seperti pasar, pejalan kaki malah harus turun ke jalan raya. Ini bahaya sekali,” tulis salah seorang warganet di Twitter.

Pro dan Kontra di Media Sosial

Fenomena ini memicu perdebatan sengit di media sosial. Sebagian warganet memaklumi keberadaan pedagang karena mereka menganggap ini sebagai upaya untuk mencari nafkah. “Mereka juga butuh makan, jangan hanya dilihat dari sisi ketertiban saja,” tulis seorang netizen. Banyak yang berpendapat bahwa pedagang kaki lima adalah bagian dari identitas Yogyakarta sebagai kota pelajar dan budaya. Menurut mereka, kehadiran pedagang justru menambah warna dan daya tarik kawasan tersebut.

Namun, di sisi lain, banyak juga warganet yang menuntut agar pemerintah setempat mengambil tindakan tegas. Jangan sampai mengganggu hak pejalan kaki,” komentar netizen lainnya.

Dampak terhadap Pejalan Kaki dan Pengendara

Keberadaan pedagang di trotoar UGM tidak hanya mengganggu pejalan kaki, tetapi juga menimbulkan risiko bagi pengendara kendaraan bermotor. Hal ini meningkatkan risiko kecelakaan, terutama di jam-jam sibuk ketika lalu lintas padat.

Selain itu, kemacetan juga sering terjadi di sekitar kawasan tersebut. Gerobak dan tenda pedagang yang memakan sebagian badan jalan membuat ruas jalan menjadi sempit. Akibatnya, arus lalu lintas menjadi tidak lancar, dan pengendara harus ekstra hati-hati saat melintas.

Upaya Pemerintah dan Solusi yang Ditawarkan

Pemerintah Kota Yogyakarta sebenarnya telah berupaya mengatasi masalah ini. Beberapa kali dilakukan operasi penertiban terhadap pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar. Namun, upaya ini seringkali tidak berjalan efektif. Misalnya, dengan membangun pasar atau area kuliner yang terorganisir. Dengan demikian, pedagang tetap bisa berjualan tanpa mengganggu ketertiban umum. Namun, hal ini membutuhkan komitmen dan anggaran yang tidak sedikit dari pemerintah.

Selain itu, perlu juga adanya sosialisasi dan edukasi kepada para pedagang tentang pentingnya menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan. Banyak pedagang yang mungkin tidak menyadari bahwa keberadaan mereka di trotoar bisa menimbulkan masalah bagi orang lain.

Peran Masyarakat dalam Menjaga Ketertiban

Selain pemerintah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga ketertiban di kawasan UGM. Misalnya, dengan tidak membeli dari pedagang yang berjualan di trotoar. Jika tidak ada pembeli, pedagang tentu akan berpikir dua kali untuk berjualan di tempat yang tidak seharusnya. Selain itu, mahasiswa dan warga sekitar juga bisa aktif mengingatkan para pedagang untuk tidak mengganggu trotoar.

Kesimpulan

Di satu sisi, ini adalah upaya para pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi lain, keberadaan mereka mengganggu kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki serta pengendara.

Solusi terbaik adalah dengan mencari titik tengah yang menguntungkan semua pihak. Pemerintah perlu menyediakan lokasi khusus bagi pedagang, sementara masyarakat juga harus aktif menjaga ketertiban.

Seperti kata pepatah, “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.” Semoga masalah ini bisa segera teratasi, sehingga trotoar UGM bisa kembali berfungsi sebagaimana mestinya, dan para pedagang juga bisa tetap mencari nafkah tanpa mengganggu kepentingan umum.

Baca Juga: Potret Profesi Unik Penyelamat Lebah, Begini Kerjanya

9 thoughts on “Viral Warganet Sambat Trotoar UGM buat Jualan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *