Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI-P, kembali mencuri perhatian publik. Sidang yang menyeret namanya dalam pusaran kasus Harun Masiku berlangsung panas dan penuh kejutan. Jaksa menghadirkan bukti rekaman percakapan yang menyebut frasa kontroversial: “perintah ibu”. Sejak saat itu, isu tersebut menggema luas, menimbulkan spekulasi dan menyorot arah internal partai.
Dalam proses persidangan, jaksa memperdengarkan rekaman telepon yang melibatkan Saeful Bahri—mantan kader PDI-P—dan Agustiani Tio Fridelina, mantan anggota Bawaslu. Dalam percakapan tersebut, Saeful mengklaim bahwa Hasto memberikan instruksi untuk mempercepat proses pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR. Ia bahkan menyebut, “ini perintah dari ibu” dan menambahkan “garansi saya Hasto”.
Kalimat tersebut sontak menimbulkan tanya. Siapakah “ibu” yang dimaksud? Apakah itu benar berasal dari Hasto? Dalam momen kritis ini, publik tak bisa tinggal diam. Mereka menanti kejelasan.
PDI-P, tak tinggal diam. Ketua DPP PDI-P Ronny Talapessy segera mengklarifikasi. Ia menegaskan, frasa “perintah ibu” sama sekali tidak merujuk kepada Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri. Menurut Ronny, Saeful Bahri sering mencatut nama-nama tokoh partai demi kepentingan pribadi.
Ia menjelaskan, “Bukan Bu Mega. Ini hanya trik komunikasi yang sering dipakai Saeful.” Pernyataan tersebut berusaha meredam keresahan publik, sekaligus membentengi nama besar sang Ketua Umum dari opini liar yang berkembang.
Dalam sidang, Hasto menolak semua tuduhan. Ia menegaskan tidak pernah memerintahkan suap kepada Komisioner KPU ataupun menggunakan pengaruh partai untuk kepentingan pribadi. Ia juga membantah mengenal atau menyuruh Saeful dan Agustiani untuk mengatur PAW Harun Masiku.
Lebih jauh, Hasto menyebut dirinya menjadi korban framing politik. Ia menuding pihak tertentu sengaja menyeret namanya untuk menjatuhkan citra partai menjelang pemilu.
Rekaman yang berisi frasa “perintah ibu” jelas membangkitkan berbagai tafsir. Di ruang publik, banyak kalangan langsung mengaitkan frasa tersebut dengan Megawati. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap hal itu sebagai bagian dari strategi komunikasi politik internal, yang seringkali tidak sepenuhnya faktual.
Dalam dunia politik, klaim seperti “dapat restu” atau “ini instruksi pimpinan” memang sering beredar tanpa konfirmasi. Maka, publik perlu bersikap kritis dan tidak buru-buru menghakimi.
Pengamat politik dari UGM, Arie Sudjito, mengungkapkan bahwa istilah semacam “perintah ibu” sebenarnya bukan barang baru dalam dinamika internal partai. Banyak kader menggunakan kata tersebut untuk menambah bobot pernyataan mereka, meski sebenarnya tidak ada perintah langsung.
Ia juga menekankan, “Sidang ini harus jadi momen refleksi. Jangan sampai praktik komunikasi internal justru jadi alat kriminalisasi.” Pandangan tersebut memperluas perspektif publik agar tidak terjebak pada satu narasi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menangani kasus ini bergerak penuh kehati-hatian. Mereka mengumpulkan bukti dengan cermat dan menghindari kesimpulan prematur. Lembaga antirasuah itu menyadari bahwa kasus ini bukan sekadar soal hukum, melainkan juga menyentuh aspek politik dan persepsi publik.
Penyidik terus menelusuri keterlibatan pihak lain, termasuk kemungkinan keterkaitan frasa “perintah ibu” dengan struktur kekuasaan di dalam partai. Namun, mereka berkomitmen tidak akan gegabah mengeluarkan pernyataan sebelum data cukup kuat.
Sementara itu, jagat media sosial tak kalah gaduh. Frasa “perintah ibu” menjadi trending di berbagai platform. Berbagai opini berseliweran—ada yang menyudutkan Hasto, ada pula yang membelanya.
Beberapa akun politikus dan aktivis turut berkomentar. Ada yang menilai Hasto sekadar korban intrik internal, ada pula yang mendorong KPK agar lebih tegas. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh opini publik terhadap jalannya proses hukum dan persepsi politik.
Sidang Hasto Kristiyanto membuka banyak pintu pertanyaan. Frasa “perintah ibu” mungkin terdengar sederhana, namun dampaknya sangat kompleks. Kasus ini tidak hanya menguji konsistensi hukum, tetapi juga menantang ketahanan etika politik.
Di tengah bisingnya tudingan dan pembelaan, masyarakat perlu tetap jernih. Menanti bukti, mencermati proses, dan menahan diri dari penilaian sepihak menjadi langkah terbaik. Karena di balik satu frasa, bisa tersembunyi banyak kepentingan.
Kini, publik menantikan kebenaran. Bukan karena sensasi, melainkan karena integritas negara sangat bergantung pada cara kita memaknai hukum dan keadilan.
Very good https://lc.cx/xjXBQT
Good https://lc.cx/xjXBQT
Very good https://lc.cx/xjXBQT
Awesome https://lc.cx/xjXBQT
Awesome https://t.ly/tndaA
Awesome https://t.ly/tndaA
Very good https://t.ly/tndaA
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Very good https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Very good https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Very good https://is.gd/N1ikS2
Very good partnership https://shorturl.fm/9fnIC
https://shorturl.fm/N6nl1
https://shorturl.fm/TbTre
https://shorturl.fm/9fnIC
https://shorturl.fm/5JO3e
https://shorturl.fm/FIJkD
https://shorturl.fm/5JO3e
https://shorturl.fm/XIZGD
https://shorturl.fm/N6nl1
https://shorturl.fm/nqe5E
https://shorturl.fm/ypgnt
Join our affiliate family and watch your profits soar—sign up today! https://shorturl.fm/XmTkt
Start earning passive income—become our affiliate partner! https://shorturl.fm/AS1HG
https://shorturl.fm/hYmTk
https://shorturl.fm/dw5rV
https://shorturl.fm/9sbSk
https://shorturl.fm/r8sgB
https://shorturl.fm/wlSv0
https://shorturl.fm/n8p3U
https://shorturl.fm/n1yIN
https://shorturl.fm/KVwvr